gfvvgjvjhgvjh

Concept Fiber Face 4 ‘Resonance’ 2016

FF4-logo

Resonansi: Sebuah Warisan Budaya Tak Benda dan Oral

 

Pameran Online Seni Serat Internasional 2016

PANGGILAN UNTUK PARA SENIMAN.

 

Resonansi dalam pemahaman fisika adalah energi yang merambat, kemudian bergaung melalui suatu media. Rentangan dawai yang dipetik atau digesek, menimbulkan energi gelombang. Secara fisik, gelombang itu merupakan molekul yang dapat membentur, lalu menggetarkan ruang akustik (perut gitar, biola atau selo). Dalam ranah kesenian, resonansi sering digunakan pula di luar sangkut-pautnya dengan media musik. Pameran patung atau pertunjukan tari yang menimbulkan perbincangan publik –jauh setelah peristiwanya sendiri selesai, lazim disebut meninggalkan "resonansi"nya. Sebuah metafora efek auditif: bunyinya sudah lewat, tapi dengungnya masih tersisa. Hal resonansi ini dijelaskan dengan baik oleh istilah Jawa Ngeeng. Seorang empu bisa mengatakan pada muridnya: "Tabuhan kalian belum terdengar ngeengnya."
Jelas, ngeeng yang dimaksud itu bukan berasal timbre bunyi gamelan (perkusi, rebab, seruling atau kendang). Sementara, seseorang bisa pula menyatakan: "Gambar itu suka membayang, seperti ngeeng yang terus terngiang-ngiang di pelupuk mataku." 


Sesungguhnya, pemahaman terhadap pengertian soal ngeeng ini, sepadan dengan pemahaman orang Bali terhadap istilah taksu. Juga pemahaman orang Tibet terhadap suara dengung yang dihasilkan alat mangkok tembaga dalam ritual Buddhisme. Atau vokal bergetar dalam throat singing Mongolia. Tentu juga sepadan dengan pemahaman terhadap adanya patung macan (aum) dan sarang lebah pada vihara kuno di Jawa. Oleh karena itu pengertian resonansi dalam tema ini dipahami sebagai vibrasi energi budaya yang bersifat tak benda. Seperti dengung lebah, ketika seni penuh dengan ngeeng seni tersebut bergetar penuh makna. 


Secara historis, seni serat Indonesia memiliki beberapa varian yang paling beragam dan kompleks di dunia. Tradisi tenun ikat, tenun songket, batik, anyaman dan kain kulit kayu, hanya beberapa nama, tumbuh dari berbagai warisan budaya, seremonial dan artistik. Ngeeng atau resonansi mereka terus dirasakan sampai saat ini karena banyak perajin dan seniman kontemporer yang berimprovisasi dan menerjemahkan tradisi ini menjadi bentuk-bentuk baru.
Hal penting ini juga diakui oleh keputusan seperti UNESCO di tahun 2009 dengan dimasukkannya salah satu wujud seni serat Indonesia (batik) pada daftar warisan budaya tak benda dan lisan dunia.


Keputusan UNESCO memunculkan pertanyaan-pertanyaan menarik dan kompleks tentang bagaimana media berwujud benda seperti seni serat dan tekstil sesungguhnya mengandung unsur- unsur tak benda. Lalu apakah sifat alami dari ketidak-bendaan tersebut? Bagaimana hal tersebut berkaitan dengan kebudayaan-kebudayaan secara umum, kesenian, kebudayaan tradisional, kehidupan kontemporer, komunitas kita, dsb.? Berdasarkan pemilihan kata yang digunakan UNESCO, ketidak-bendaan mampu mencakup aspek-aspek dari penciptaan kreatif yang terdiri dari kemampuan untuk berbagi, cerita-cerita, dan maknanya, atau mengenai proses kreatif itu sendiri. Jadi, bagaimana media yang nyata seperti seni serat dan tekstil mewujudkan budaya tak benda dan mewujudkan resonansi atau ngeeng?


Kali keempat dari seri pameran Fiber Face memperluas tema sebelumnya yaitu Evolusi dan Transformasi ke dalam tema Resonansi: Sebuah Warisan Budaya Lisan dan Tak Benda dan Oral. Para seniman diundang untuk merenungkan bagaimana pekerjaan mereka sendiri adalah resonansi. Pameran ini ingin membuka ruang bagi mereka untuk dapat menghidupi dan hidup di dalam warisan budaya tak benda untuk berbagi, baik karya seni serat tradisional maupun
kontemporer dalam wujud pameran online. Internet itu sendiri dikonsep melalui tekstil metafora-sebuah jaringan, semacam tikar virtual yang dapat berfungsi sebagai platform publik untuk berdiskusi dan berbagi. Menggunakan format pameran yang unik ini, Pameran Online Fiber Face 4 akan menciptakan sebuah karya seni serat yang benar-benar untuk publik, disertai dengan menulis, wawancara dan materi interaktif dan mengedukasi lainnya yang menyangkut resonansi dari pentingnya budaya tak benda dalam seni serat di seluruh dunia. Selain karya para seniman, akan ada juga Pameran Spotlight dari tenun Mollo Timor Barat, yang akan memungkinkan proses penggalian informasi yang lebih dalam mengenai garis keturunan dari tradisi seni serat, khususnya tekstil di Indonesia. Pameran online ini akan berfungsi sebagai batu loncatan untuk publikasi di masa depan serta pameran fisik dengan tema yang sama ketika ruang dan pendanaan yang tepat sudah terjamin.


PENGAJUAN KARYA SENI
Batas Waktu Pengajuan Karya 14 Februari 2016


Para seniman diundang untuk mengajukan hingga 3 karya seni asli yang merespon atau berkaitan dengan tema Resonansi: Sebuah Warisan Budaya Tak Benda dan Oral. Harap mengajukan gambar berkualitas tinggi, siap cetak, dan beresolusi tinggi, karena seluruh karya seni akan ditampilkan melalui dokumentasi masing-masing. Mengingat akan
digunakann ya format online, hanya karya seni yang lengkap yang akan dipertimbangkan. Silahkan ikuti panduan ini untuk mengajukan karya Anda baik dalam Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris:

1. Lengkapi pendaftaran Anda dengan:
          Pernyataan dari seniman yang bersangkutan
          Biografi singkat
          CV seniman
          Daftar gambar
          (Pedoman untuk dokumen-dokumen ini akan dijelaskan di bawah)
2. Menyerahkan foto dan/atau video menggunakan panduan yang akan dijelaskan di bawah ini


Download formulir pendaftaran dari: www.babaransegaragunung.org.

Pernyataan Seniman:
Silahkan gunakan paragraf pertama atau kedua untuk menggambarkan tentang tema, konsep,
dan latar belakang dari pekerjaan Anda secara lebih luas. Berilah alasan mengapa Anda
bekerja di bidang serat, bagaimana pentingnya media ini dalam pekerjaan Anda, mengapa
Anda tertarik dengan bidang tersebut, dan seterusnya. Untuk setiap karya seni yang diajukan,
silahkan menulis satu paragraf singkat yang menjelaskan karya Anda (pengembangan
konseptual dan materi, referensi untuk signifikansi pribadi atau budaya, dll) dan bagaimana
karya tersebut berkaitan dengan tema pameran ini.
Maksimal 500 kata


Biografi Singkat:
Biografi singkat seniman mendeskripsikan tentang latar belakang Anda sebagai seorang
seniman. Dapat juga mencakup informasi tentang kewarganegaraan, lokasi, pengalaman kerja,
pendidikan, pameran atau publikasi terbaru, dll.
Maksimal 300 kata


CV:
Gunakan format berikut untuk mengirimkan CV singkat (maksimal 2 halaman):
          Nama lengkap
          Negara / Kewarganegaraan
          Tanggal lahir
          Alamat, email dan nomor telepon
          Pendidikan
          Pameran terbaru/terakhir
          Penghargaan
          Karya yang dikoleksi


Daftar Gambar:
Silahkan memberikan nama pada setiap file menggunakan format berikut: inisial seniman.judul
karya.1(atau 2 atau 3).png (contoh: skd.threshold.1.png)


Daftar gambar pada aplikasi harus disertai dengan informasi berikut:
Judul
         Daftar bahan / deskripsi
         Tahun
         Ukuran


Pedoman Pengajuan Gambar dan Video:
Untuk setiap karya seni, silahkan pilih hingga 3 gambar digital, diutamakan dengan format
png (jpg atau tiff akan diterima sesuai kebutuhan). Setidaknya diperlukan satu dokumentasi
penuh tentang karya tersebut dan 2 detail gambar. Gambar-gambar ini harus berukuran 300
dpi, dan setidaknya 1.900 piksel pada sisi terpendek. Kami sangat menyarankan agar karya
seni Anda difoto secara profesional dengan pencahayaan yang baik dan latar belakang netral
dikarenakan proses seleksi juga akan berdasarkan pada kualitas karya dan juga dokumentasi.
Foto karya instalasi akan diperbolehkan untuk menggunakan foto dari pameran yang
pernah diikuti.


Jika Anda mengirimkan karya dalam bentuk video, silahkan memberikan link video Anda
yang sudah diunggah ke YouTube (Vimeo tidak dapat diakses di Indonesia). Catatan: setiap
karya video yang diterima untuk pameran online harus dapat dilihat pada satu layar (kami
mohon maaf karena tidak dapat menerima instalasi video dalam format yang menggunakan lebih
dari satu layar).


Pengajuan dapat dikirim secara elektronik melalui email atau melalui WeTransfer
(https://www.wetransfer.com/) ke email berikut: bsgbts@yahoo.com, atau dapat dikirim melalui
DVD yang kompatibel untuk Windows dan Mac ke alamat berikut:
Rumah Budaya Babaran Segaragunung
Ds Tegal Cerme KDV
RT/RW 08/14
Banguntapan, Yogyakarta 55197
Tel: 62 274 377881


Harap dicatat, seluruh pengajuan HARUS diterima paling lambat 14 Februari 2016, jika
Anda mengirim berkas-berkas pengajuan Anda melalui pos, silahkan memperhitungkan waktu
yang cukup untuk kedatangannya.


DVD dan berkas-berkas pendaftaran lainnya tidak akan dikembalikan kepada
seniman.


Seniman yang diterima akan dihubungi pada Maret 2016.


Pameran online akan diluncurkan di Yogyakarta pada acara pembukaan termasuk presentasi
terkait pameran, diskusi, dan kemungkinan presentasi panel oleh para seniman lokal.


Latar Belakang Pameran Fiber Face dan Rumah Budaya Babaran Segaragunung


Berawal pada tahun 2007, pameran Fiber Face telah berfokus untuk menciptakan koneksi
interaktif antara tekstil tradisional Indonesia dan seni serat kontemporer, sekaligus
mengembangkan konteks yang menghormati akar budaya Indonesia sebagai sumber inspirasi
utama. Praktek seni kontemporer memiliki keleluasan untuk mengikutsertakan seni tradisional
melalui konsep, bahan, dan proses kreatif. Pengembangan program warisan dunia tak benda dari
UNESCO dengan mengakui batik dan seni tradisional Indonesia lainnya adalah perwujudan dari
proses kreatif mendalam dan pengetahuan yang selalu bertambah dari kehidupan sehari-hari serta
budaya seremonial dari seluruh nusantara. Tradisi tekstil ini sebagian besar telah bermanifestasi
sebagai ekspresi estetika dan etika/budaya secara bersamaan. Fiber Face 4 mengundang para
seniman dan penikmat seni untuk memperkenalkan budaya tak benda serta maknanya di
lingkungan masing-masing.


Babaran Segaragunung (BSG) adalah organisasi seni non-profit di balik pameran Fiber Face.
Organisasi ini berbasis di Yogyakarta, Indonesia. Tujuan utamanya adalah untuk mengeksplorasi
tradisi kebudayaaan di berbagai belahan dunia untuk memperkaya pemahaman kontemporer
tentang warisan kebudayaan. BSG memfasilitasi kegiatan kolaborasi dan pertukaran seni,
publikasi, pameran, lokakarya dan wisata budaya, serta pelatihan, penelitian, dan dokumentasi
proses kreatif. Bekerjasama dengan para seniman, pengrajin, dan penggemar budaya baik di
Indonesia maupun luar negeri, BSG memiliki tujuan untuk meningkatkan kreativitas dan
keberlangsungan kebudayaan di Indonesia.


Pada awal berdirinya, BSG memilih untuk menyatakan dirinya sebagai rumah budaya daripada
pusat seni serat dengan kesadaran bahwa pendekatan multi-disiplin lebih diperlukan dalam
rangka untuk terus mendukung dan membangun seni serat Indonesia di dalam maupun luar
negeri.


Latar Belakang dan Informasi tentang Pameran Fiber Face Terdahulu:
Fiber Face 1
2007
Pameran Fiber Face dimulai pada tahun 2007 dengan acara sederhana berjudul "Fiber Face
Yogya", yang diselenggarakan di Galeri Babaran Segaragunung, menampilkan karya-karya dari
10 seniman serat yang berasal dari Yogyakarta. Pada tahap awal ini, Fiber Face dibayangkan
sebagai sebuah seri pameran yang berlangsung untuk menampilkan seni serat di Indonesia. Kami
memilih seni serat karena merupakan media yang dapat merepresentasikan seluruh ekspresi dari
masa lampau hingga saat ini. Kisaran dalam tekstil, baik sebagai tradisi kuno dan karya seni
kontemporer, dapat menggambarkan proses holistik dari kreativitas, keterampilan material, serta
nilai-nilai kebudayaan yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Kami di Rumah Budaya
Babaran Segaragunung berharap bahwa pameran ini akan terus berperan sebagai alat untuk
mendukung dan mendorong kreativitas masyarakat di seluruh dunia, terutama di Indonesia.


Fiber Face: Lintas Budaya
2008
Pameran kedua Fiber Face, Kolaborasi Lintas Kebudayaan Indonesia, adalah pameran berpindah
yang diadakan pada tahun 2008. Pameran ini menampilkan karya kolaborasi antara Agus Ismoyo
dan Nia Fliam dengan berbagai komunitas adat di seluruh dunia serta kolaborasi mereka dengan
studio Brahma Tirta Sari. Kolaborasi internasional mereka termasuk kerja sama dengan Seniman
Aborigin di Northern Territory di Australia, para seniman di Mali, dan para seniman Salish di
Amerika Serikat. Pameran ini melanjutkan perjalanannya ke lokasi-lokasi berikut: Taman
Budaya, Yogyakarta, Indonesia; Kedutaan Besar Republik Indonesia di Washington DC,
Amerika Serikat; Pusat Seni Visual Richmond, Kalamazoo, Michigan, Amerika Serikat; dan
Galeri Island, Bainbridge Island, Washington, Amerika Serikat.


Fiber Face 2: Evolusi
2009
"Evolusi" diadakan di Taman Budaya, sebuah galeri publik utama di Yogyakarta, pada tahun
2009. Pameran ini menampilkan 43 seniman serat individu dan 6 kelompok dari berbagai
wilayah di Indonesia serta Amerika Serikat, Jerman, Mali, dan Australia. Karya-karya dalam
pameran ini mencerminkan perkembangan praktek serat kontemporer dengan fokus khusus pada
kekhasan seni serat Indonesia. Fiber Face 2 dimaksudkan untuk memecah kesenjangan yang
tampak antara seni tekstil tradisional dan seni serat kontemporer dengan memamerkan
karya-karya berdampingan, menampilkan mereka sebagai perkembangan evolusi yang menarik
dari akar yang sama. Pameran ini juga meluncurkan tradisi yang sedang berlangsung saat ini,
termasuk bagian "Spotlight" untuk menampilkan berbagai karya tekstil tradisional yang
dikerjakan dengan sangat terampil dari berbagai daerah di Indonesia. Fiber Face 2
menampilkan karya yang kompleks dan halus dari batik kolektif pedesaan Bimasakti di
Giriloyo, Imogiri, Yogyakarta yang membuat beberapa batik tradisional terbaik di daerah
tersebut.


Pameran ini didokumentasikan dalam katalog cetak, dan menampilkan seminar setengah hari
pasca-pembukaan terkait dengan tema pameran.


Fiber Face 3: Transformasi
2011
“Transformasi” adalah tema yang dipilih untuk pameran Fiber Face 3 dalam rangka
mempertajam eksplorasi yang telah dimulai sejak pameran Fiber Face 2 "Evolusi." Tema ini
bertujuan untuk melihat bagaimana seni serat saat ini menghadapi dan berinteraksi dengan arus
global serta arus multikultural, baik dalam seni dan kebudayaan di seluruh dunia. Pameran ini
juga mengeksplorasi pentingnya isu tersebut dan isu-isu lain yang terkait dengan pengembangan
infrastruktur lokal yang lebih kuat untuk mendukung komunitas seni serat Indonesia.


Pameran ini menampilkan karya-karya dari 70 seniman Indonesia dan 20 seniman internasional.
Pada sesi Spotlight juga ditampilkan karya tenun yang luar biasa dari daerah Batak, Danau
Toba, Sumatera. Pameran Spotlight itu dikuratori oleh ahli tekstil internasional, Dr. Sandra
Niessen. Pameran “Transformasi” secara keseluruhan dikuratori oleh Joanna Barrkman dari
Museum dan Galeri Northern Territory, Australia. Dalam lokakarya kuratorial yang bertujuan
untuk mengembangkan infrastruktur yang disebutkan di atas, Beliau memberikan pelatihan
kuratorial kepada tiga seniman serat Indonesia. Selain seminar sehari penuh, kegiatan edukasi
lainnya di Fiber Face 3 meliputi: lokakarya oleh seniman Indonesia dan luar negeri,
memperkenalkan seni serat kepada anak-anak tingkat sekolah dasar, lokakarya batik gratis, ruang
edukasi tentang batik tradisional Indonesia, dan peragaan busana anak-anak yang mengenakan
kreasi batik mereka sendiri sekaligus peragaan busana yang menampilkan tenun lurik tradisional
khas Yogyakarta.

 

Tags: , , ,

More Photos for Concept Fiber Face 4 ‘Resonance’ 2016

Comments

No comments so far.

  • Leave a Reply
     
    Your gravatar
    Your Name